Seminar oleh Haryo Ardito, Creative Action Indonesia Training and Business Coaching
Oleh Albertus Bima Bonimas
Hotel Tugu Malang, 22 Maret 2019
Revolusi Industri 4.0 berbeda dengan Revolusi 1.0 sampai Revolusi 3.0. Revolusi ini menunjukan kemampuan revolutif manusia dalam menghubungkan internet dengan mesin. Yang paling membedakan revolusi ini dengan lainnya adalah durasi revolusi yang begitu cepat. Pak Haryo sebagai pembicara memperlihatkan fakta bahwa saat ini banyak toko di Mall-mall besar di Jakarta telah bangkrut karena kehadiran marketplace seperti tokopedia, olx.com, dan lain-lain. Lebih dari itu, saat ini juga banyak travel agent mulai tenggelam seperti perusahan taxi Bluebird, yang disebabkan oleh traveloka.com, pegipegi.com, dan marketplace travel yang lain. Sama halnya dengan agen property dengan kehadiran rumah.com, trovit.com, dan lain-lain. Bagaimana ini bisa terjadi? Apabila para badan usaha tidak waspada, bisa-bisa juga ikut habis dengan revolusi ini.
Di Korea Selatan, ada suatu perusahaan supermarket nomor 2 yang secara nyata mampu membuktikan kemampuan adaptasi dan survei, hingga akhirnya menjadi nomor 1 di Korea Selatan, yaitu perusahaan Homeplus. Perusahaan ini membuat inovasi yang supermarket lain di Korea Selatan belum pernah lakukan. Mereka tidak buat orang datang ke toko mereka, namun toko mereka datang ke rumah mereka. Dengan menggunakan smart phone, masyarakat umum dapat memindai (scan) barcode dan memesan on line, sampai barang tiba di rumah. Santai, cepat, dan nyaman. Hasilnya, member super market HomePlus meningkat menjadi 76% dan penjualan meningkat 130%.
Apa kunci dari inovasi di atas? Crowd Marketing. Dimana ada keramaian, di situlah ada peluang. Agar bisa marketing di keramaian, kita memerlukan beberapa media, seperti media cetak, media digital, media outdoor (luar ruangan), dan media elektronik. Mari kita analisa dari Media Cetak Koran Kompas. Di Kompas, untuk marketing dalam dua kolom selama 1 hari, kita perlu membayar 10 juta. Mengapa? Karena Crowd/Audience/Konsumen prospektif yang kita sasar adalah milik Kompas. Makanya kita bayar. Sama halnya media baliho atau media di stasiun televisi. Kita membayar mereka untuk memasarkan produk kita kepada audiens mereka. Semakin banyak crowd, semakin banyak untung. Di situlah peran penting media. Perkaranya, di media mana dimana kita bisa memasarkan dengan cara paling menguntungkan? Media digital jawabnya. Crowd bisa kita cari sendiri lalu kita tawarkan produk kita. Coba bayangkan, apakah uang yang kita bayar untuk iklan di Kompas, sebanding dengan jumlah pembaca, yang minimal, melihat iklan kecil tersebut?
Crowd pada dasarnya adalah databese marketing mereka. Lalu bagaimana kita bisa merangkul mereka? Kuncinya di Content Factory, tentang media sosial apa yang kita pakai. Apakah facebook, Instagram, linkedin, whatssapp, youtube, website, atau e-commerce. Ketika kita memilih suatu media social, kita harus paham karakteristik setiap social media. Apabila Facebook, berapa jumlah teman atau calon audiens/prospek yang kita. Instagram, berapa banyak follower kita. Youtube, berapa banyak subscriber atau viewer kita. Lalu website, berapa banyak pengunjung kita. Setelah kita paham akan hal ini, kita harus mampu membuat content atau isi marketing itu sendiri, apakah berbentuk teks, gambar, video, dll, yang intinya dapat membuat crowd menjadi pembeli/costumer.
Lebih lengkap lagi, kita harus memahami juga akan karakter content marketing business. Pertama, bisnis atau produk apa yang kita punya. Kedua, prospek/market apa yang kita sasar. Ketiga, metode marketing/sales apa yang kita gunakan. Dan keempat, karakteristik media digital apa yang kita inginkan. Contoh, betapa penting bagi kita untuk mengetahui perbedaan jenis pasar B (Business) to C (Costumer) atau B to B (Business to Business), untuk mengetahui siapa pasar kita, mengingat jalur distribusi barang (contohnya) memiliki jalur yang panjang, produsen→Distributor→Agen→Pedagang Besar→Pengecer→Pelanggan. Penting juga bagi kita untuk mengetahui apa perbedaan metode marketing pull (Tarik) atau push (dorong), menyesuaikan kondisi badan usaha kita. Ketika memakai metode push, kita harus terus mendorong orang untuk mau membeli produk kita. Dan di sini membuthkan staf sales dan marketing yang agresif, komunikatif, tahan banting, mental keras, dan yang paling penting, anti baper (mudah tersinggung). Sedangkan metode pull merupakan kegiatan menciptakan daya tarik atau magnet, agar konsumen datang sendiri kepada kita.
Contoh kasus nyata. Kita tahu bahwa perusahaan donut Dunkin Donuts saat ini tenggelam, dan oleh karenanya, tidak hanya menjual donat saja, namun juga kopi. Pertanyaannya, apakah mampu kopi Dunkin Donuts mengalahkan kopi Starbukcs? Di Indonesia, terlihat mustahil. Di Korea Selatan, nyata telah terjadi. Bagaimana bisa misi Dunkin Donuts mendorong orang untuk membeli kopi di tempat mereka berhasil? Ide pertama, mereka membuat pengharum ruangan berbau kopi, yang disemprotkan di setiap kendaraan umum. Ketika kendaraan berhenti, ide kedua, iklan radio Dunkin Donuts dinyanyikan. Ketiga, ketika para penumpang turun, halte bus telah disulap dengan berbagai poster dan wallpaper dunkin donuts, dan terakhir atau keempat, di dekat halte-halte tersebut, café Dunkin donuts berdiri tegak. Hasilnya, pengunjung meningkat 16% dan penjualan meningkat 29%. Misi dan ide membuat daya tarik marketing lebih hebat.
Dari statistik media digital yang paling sering digunakan di tahun 2017 dan 2018, media nomor 1 tetap dimiliki oleh Content Marketing, kedua adalah Big Data dan ketiga adalah Mobile Marketing. Content marketing adalah soal bagaimana membuat isi atau pesan marketing kita menarik. Contoh nyata: Suatu hari ada pengemis buta meminta-minta dengan papan penanda di sampingnya bertuliskan, “Saya buta, tolong saya”. Sangat sedikit orang yang memberi. Lalu datanglah seorang wanita mengganti tulisan itu, dan setelah itu, sangat banyak orang memberi uang koin. Apa tulisan yang dibuat? “ Hari ini adalah hari yang Indah dan aku tidak bisa melihatnya”.
Secara mendasar content marketing terdiri dari 5 jenis, Verban/Nonverbal, Teks, Image, Audio, dan Video. Intinya adalah bagaimana membuat iklan kita penting, menarik, dan membuat orang mikir. Contohnya, adalah sales penjual kasur seharga 30 juta. Apabila salesman hanya menjual dengan menjelaskan spesifikasi kasur itu saja, pembeli tidak akan tertarik. Lalu bagaimana caranya? 8-10 jam hidup manusia pasti berada di kasur, lalu mengapa uang kita lebih banyak dihabiskan tidak untuk Kasur, namun untuk kendaraan, yang mugkin hanya 4 jam per hari kita menggunakannya. Hasilnya luar biasa.
Pak Haryo di akhir sesi memberikan beberapa tips menarik perihal digital marketing. Tip soal FB contohnya. Pertama, sadari diri kita, apakah kita penikmat atau pemanfaat. Lalu, dari jumlah teman kita, kita harus filter, mana teman, mana customer, dan mana customer prospek. Kegiatan ini dinamakan screening funnel, quality than quantity. Hal ini perlu dilakukan karena prospek ada yang sifatnya direct/langsung atau indirect/ tidak langsung. Costumer prospek ini juga bisa disebut dengan Big Data. Kompas dengan pembacanya yang adalah level menengah ke atas, membuat pengusaha rumah mewah menjadikan kompas sebagai media big data mereka. Namun bagaimanapun, media online adalah yang paling menguntungkan, karena memiliki crowd sendiri, prospek sendiri, dan content marketing sendiri.
Perihal Instagram, bagaimana caranya meningkatkan jumlah pengikut atau follower? Tip teknisnya adalah mengganti name menjadi nama iklan, bukan sama dengan username. Lalu ada 3 cara inti, pertama kenali siapa diri Anda. Apabila Anda tidak populer, lihatlah, apakah content anda menarik? Apabila tidak, lakukan metode engagement, yaitu menjadi baik, dengan cara memberikan like dan comment positif sebanyak-banyaknya terhadap akun lain, agar mendapatkan follower lebih banyak.
Untuk marketing melalui WA, ada dua acara, yaitu secara personal dan group. Secara personal, dapat dengan dengan door to door atau broadcast (ngeblast). Apabila di group, gambar dan teks harus menjadi satu kesatuan yang sederhana namun jelas. Apabila ada group namun tidak menerima kegiatan promosi, lakukan dialog terhadap anggota group yang lain dan mengarahkan ke arah promosi. Yang terakhir namun tidak kalah penting adalah merubah profil picture menjadi professional.